Rabu, 03 Juni 2020

Bale Sakepat : Tipologi Bangunan Tradisional Bali

Bale sakepat merupakan bangunan tradisional Bali yang berisikan empat "saka" atau tiang. Bangunan ini sesuai dengan namanya yakni "saka" yang mempunyai arti tiang dan "pat" yang bermakna empat. Bale sakapat tergolong bangunan yang sungguh kecil dengan ukuran as tiang biasanya 2 x 2 meter, 2 x 2,5 meter sampai maksimal 3 x 3 meter.

Bale melongo - sakapat

Elemen Pondasi & Substruktur Bale Sakapat

Pondasi bale sakepat ialah jenis pondasi lokal atau yang dikenal dengan perumpamaan pondasi jongkok asu. Empat buah pedestal diletakan di atas tanah sebagai pondasi. Pedestal tersebut biasanya terbuat dari kerikil atau paras bau tanah dengan bentuk trapesium.

Untuk bagian pengaku antar tiang pada bangunan sakapat tidak memakai sloof, melainkan menggunakan sunduk. Tinggi bale atau "dudukan" umumnya ialah 70 - 80 cm. Di bawah konstruksi ini terdapat kayu melintang yang menghubungkan tiang, inilah yang disebut dengan sunduk.

Baca juga : Langgam Arsitektur Tradisional Bali

Elemen Kolom dan Balok Bale Sakapat

Sementara untuk pengaku bale sakepat di bagian atas menggunakan semacam balok yang disebut dengan "lambang". Antara "lambang" dengan "saka" dihubungkan dengan "canggahwang" selaku segitiga pengaku. Untuk bangunan sakapat yang kecil contohnya ukuran 2 x 2 meter biasanya tidak menggunakan canggahwang alasannya telah cukup kaku pada sambungan antara saka dan lambang, apalagi akan diperkuat dengan struktur limasan.

Tiang yang digunakan biasanya terbuat dari kayu balok dengan ukuran 8 x 8 cm hingga 12 x 12 cm. Tinggi tiang bale sakapat umumnya memakai hitungan "sikut" yang berkisar antara 2 sampai 2,5 meter. Dalam bangunan tradisional bali, lazimnya menggunakan perkiraan "bah bangun" atau "rebah berdiri" dimana proporsi yang dianggap elok biasanya tinggi bangunan sama dengan jarak antar tiang. Dalam arsitektur terbaru, ini diketahui dengan rumus d/h atau distance/height.

Baca juga : 9 Posisi Pintu Masuk Rumah sesuai Arsitektur Tradisional Bali

Elemen Atap Bale Sakapat

Bale sakapat biasanya mempunyai atap limasan atau pelana dengan "kampiah". Atap bale sakapat lazimnya dibuat dengan alang-alang kering yang ditumpuk, ijuk yang dianyam, atap sirap dengan kayu ulin atau menggunakan genteng. Variasi atap berupa "murda" atau mahkota limasan dan "ikut celedu" di bagian ujung bubungan atap.

Untuk bale sakapat dengan bentuk persegi biasanya tidak menggunakan kuda-kuda, tetapi usuk ekspos yang disebut dengan "iga-iga". Usuk ini terikat di lambang dan menyatu di puncak membentuk segitiga limasan yang kaku dan stabil.

Baca juga : Mengenal Arsitektur Bali dan Keunikannya Secara Lengkap

Fungsi Bale Sakapat

Fungsi dari bale sakepat di Bali ada beragam mulai dari fungsi untuk kawasan suci berbentukpura atau sanggah dan juga selaku fungsi propan. Fungsi sakral yakni untuk mrajan/sanggah orang bali mampu dilihat pada bangunan "piasan" sebagai daerah untuk meletakan sesajen dan tempat duduk orang suci ketika melakukan persembahyangan. Sementara fungsi propan bale sakepat ialah untuk bale termangu atau bale peristirahatan yang sering dibangun di beberapa taman kota di Bali.

Bale sakapat juga digunakan untuk konstruksi Jineng Bali atau dalam bahasa Indonesia kita kenal dengan lumbung padi. Jineng Bali umumnya memiliki empat tiang dan atapnya ditutup untuk penyimpanan beras agar kondusif dari tikus dan hama lainnya.

Baca juga : Pengaruh Gaya Arsitektur Majapahit di Bali

Bangunan Tahan Gempa

Meskipun konstruksinya amat sederhana dan tidak menggunakan paku pada sambungannya, bale sakapat termasuk bangunan yang tahan terhadap gempa. Ini sebab semua sambungan pada bale sakapat yakni sambungan tarik yang elastis dan sebetulnya tidak begitu kaku. Struktur bangunan tradisional sakapat bukanlah sambungan mati, ada keleluasaan yang menciptakan struktur mampu sedikit bergerak dikala menghadapi gempa. Namun konstruksi bangunan ini cukup lemah kepada tiupan angin sebab pondasinya yang tidak begitu dalam.

Bangunan sakapat modern seperti bale bengong yang kita temui di banyak hotel dan villa di bali adalah perpaduan struktur tradisional yang sudah disempurnakan dengan teknologi bangunan modern sehingga lebih besar lengan berkuasa dan permanen.

Demikianlah tentang bangunan bale sakapat, semoga klarifikasi ini dapat memperbesar wawasan sobat arsitur. Terima kasih.

Referensi :

Dwijendra, N. K. Acwin. 2010. "Arsitektur Rumah Tradisional Bali : Berdasarkan Asta Kosala-Kosali". Denpasar : Bali Media Adhikarsa
Glebet, I Nyoman, dkk. 1986. "Arsitektur Tradisional Daerah Bali". Denpasar : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
**Pengalaman pibadi penulis
Sumber https://www.arsitur.com/


EmoticonEmoticon