Minggu, 19 Juli 2020

Arsitektur Masjid Al-Mubarok Di Nganjuk Jawa Timur

Masjid yaitu salah satu karya arsitektural peninggalan kebudayaan Islam yang sudah bebuyutan ada di Indonesia, memiliki makna dan nilai historis yang selayaknya dijaga alasannya adanya akulturasi antar kebudayaan dan kepercayaan dengan kebudayaan lain. Arsitur sebelumnya juga sudah menulis beberapa artikel tentang Arsitektur Masjid dan perkembangan Masjid di Indonesia.

Artikel berikut ini akan membahas Masjid Al-Mubarok yang berada di desa Kacangan, kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Masjid al Mubarok merupakan masjid yang sudah ada semenjak tahun 1831 dan termasuk dalam katagori bangunan Cagar Budaya di Kabupaten Nganjuk.

Sejarah Masjid Al-Mubarok

Masjid Al-Mubarok juga dikenal selaku saah satu masjid tertua dan bersejarah yang ada di kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Masjid ini juga mempunyai nama Masjid Yoni Al-Mubarok alasannya adalah ada peninggalan Yoni Kuno di halaman masjid ini yang lalu dialihfungsikan sebagai jam matahari dan sebagai penunjuk waktu sholat. Selain itu masjid ini juga diketahui selaku Masjid Kanjeng Jimat merujuk terhadap nama pembangunnya.

Arsitektur Masjid Al-Mubarok di Nganjuk Jawa Timur

Masjid Al-Mubarok ini dibangun pada tahun 1745 oleh Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sosro Koesoemo atau Kanjeng Jimat yang merupakan Adipati Berbek pertama yang ditunjuk oleh Kraton Yogyakarta saat itu. Beliau mempunyai wewenang di kawasan ini pada saat hampir seluruh masyarakatnya masih memeluk agama Hindu dari abad kekuasaan majapahit di kaki gunung Wilis.

Bedug di Masjid Al-Mubarok, sumber : singgahkemasjid.blogspot.com

Ada peninggalan ornamen bersejarah di masjid ini seperti Mimbar dari kayu jati berukir yang dibentuk tahun 1758, suatu bedug yang dibentuk padatahun 1759, atap masjid dari material ijuk tahun 1760 yang pada akhirnya diganti sirap. Di halaman depan dimana terdapat yoni, sekarang difungsikan selaku daerah untuk menyaksikan dan memilih waktu sholat. Di area masjid terdapat kompleks makam dari Kanjeng Jimat yang ramai dikunjungi peziarah utamanya pada malam jumat legi.

Yoni di Masjid Al-Mubarok, sumber : singgahkemasjid.blogspot.com

Baca juga : Unsur Desain pada Arsitektur Masjid

Arsitektur Masjid Al-Mubarok

Dari beberapa sumber literatur disebutkan bahwa masjid al Mubarok pada mulanya cuma berupa suatu bangunan tunggal (1 massa) yang mempunyai ukuran 14 m x 14 m. Dengan berkembangnya keperluan akan daerah untuk menampung jumlah jama'ah yang kian meningkat, serta banyaknya pengunjung yang tiba pada Masjid al Mubarok, maka mempunyai efek pada pergantian/penambahan akan bangunan tersebut. Masjid ini sudah mengalami tiga abad pembangunan dan pengembangan, adalah: masa pertama pada tahun 1831 pada kala Tumenggung Sosrokusumo, abad kedua pada tahun berikutnya pada periode Tumenggung Sosrodirdjo yang juga mengalami renovasi pada tahun 1986 oleh prakarasa oleh LB. Moerdani, dan yang terakhir pada kala ketiga pada tahun 2014.

Sumber : Nidzom, dkk (2017)
Sumber : Nidzom, dkk (2017)
Sumber : Nidzom, dkk (2017)


Perubahan yang terdapat pada masjid al Mubarok sudah mengakibatkan bentuk muka/fasad bangunan yang berlainan-beda di masing-masing abad pembangunannya. Karena hal tersebut terjadi dalam era waktu yang berlainan-beda. Perubahan yang sangat terlihat ialah pada fasad bangunan, yang selanjutnya sudah berpengaruh pada komposisi fasad masjid secara keseluruhan. Hal ini besar lengan berkuasa pada karakteristik Masjid al Mubarok. Fasad merupakan faktor penting yang menentukan huruf dari bangunan dan menjadi idetitas bangunan tersebut. Hal ini diperkuat oleh usulan Krier (2001) bahwa fasad bangunan ialah unsur penting dalam arsitektur yang dapat menggambarkan makna dan fungsiarsitektural.

Baca juga : 4 Jenis Arsitektur Masjid di Seluruh Dunia

Komposisi Desain Masjid

Selain itu, pada fasad juga mampu mempresentasikan kondisi dari bangunan tersebut akan kebudayaandan dogma ketika dibangunnya bangunan tersebut.Permasalahan yang muncul tersebut menciptakan perlu adanya kajian kepada komposisi fasad masjidal Mubarok untuk mengenali pergeseran dan perkembangan yang terjadi pada masjid yang sudah terbagi menjadi tiga kurun, sehingga diketahuilah akan komposisi fasad bangunan Masjid al Mubarok.

Masjid al Mubarok memiliki prinsip desain dengan keseimbangan yang simetri secara keseluruhan bangunan; Irama yang dihasilkan yaitu berirama dinamis, memiliki ketinggian banunan 8,45 meter dari tanah,komposisi warnanya monokromatik, teksturnya berangasan dengan adanya tonjolan kolom dan balok, bentuk dasar ialah persegi, arah garis mayoritas horisontal; skala yang dihasilkan yakni skala monumental dengan perbandingan manusia; tidak didapatkanya proporsi dengan prinsip golden section; mempunyai kesatuan yang utuh dan serasi.

Referensi :

  • Krier, R.. 1988. Komposisi Arsitektur, Jilid I. Cetakan I. Terjemahan Effendi Setiadharma. Jakarta: Erlangga.
  • Nidzom, Mohammad Bahrun.,  Antariksa., Abraham Mohammad Ridjal. 2017. Komposisi Fasad Masjid Al Mubarok Di Nganjuk. Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya.

Sumber https://www.arsitur.com/


EmoticonEmoticon