Jumat, 21 Agustus 2020

Jenis-Jenis Uji Beton Dan Tes Kemampuan Kerja Beton

Pengerjaan beton yaitu perihal adonan dan homogenitas, pekerjaan dengan beton atau mortar yang gres diaduk mesti menerima pengujian kesanggupan kerja beton untuk mengetahui seberapa kekuatan beton yang dikehendaki. Dengan kata lain, kalau proses pembetonan seperti pencampuran, penempatan, pemadatan dan finishing dapat dijalankan dengan baik dalam keadaan yang baru dicampur; ini akan memperlihatkan kemampuan kerja beton yang baik.

Sederhananya, kesanggupan kerja beton yaitu ihwal bagaimana mutu beton yang baru diaduk dapat dituangkan, ditempatkan, dikonsolidasikan dan selesai tanpa kehilangan homogenitas yang banyak. Atau secara teknis, kesanggupan kerja beton yakni jumlah pekerjaan internal yang berkhasiat yang diharapkan untuk menciptakan pemadatan 100% pada unsur beton.

Terkadang, kata 'konsistensi' juga digunakan untuk menggambarkan kesanggupan kerja beton yang baru dicampur. Dikatakan bahwa beton berair lebih mampu digunakan dibandingkan dengan beton kering. Kemampuan pembuatan beton yang dikehendaki untuk praktik konstruksi tertentu beragam sesuai dengan keadaan kerja, keadaan cuaca, jenis pekerjaan, cara pemadatan, dll.

Ada tiga faktor utama yang mensugesti kemampuan pembuatan beton adalah rasio air / semen, bentuk dan ukuran beton, agregat dan adonan. Kemampuan kerja beton digambarkan selaku sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Dan, ada aneka macam uji kesanggupan kerja beton yang tersedia untuk mengukurnya.

Dalam artikel ini akan dibahas beberapa metode uji beton atau tes beton yang sering diterapkan di lapangan untuk mengatur kualitas beton yang digunakan dalam berbagai keperluan struktur. Berikut yakni beberapa tata cara uji beton :

  • Slump Test
  • Compacting Factor Test
  • Flow Test
  • Vee-Bee Consistometer Test
  • Kelly Ball Test

1. Slump Test

slump test

Uji slump beton atau slump cone test yakni tes yang paling biasa untuk kesanggupan kerja beton adonan baru yang mampu dijalankan baik di lokasi kerja / lapangan atau di laboratorium. Untuk menjaga kesanggupan kerja dan kualitas beton segar, perlu untuk memeriksa batch demi batch dari tingkat kemerosotan beton. Uji slump beton dijalankan dengan menuangkan beton pada kerucut (cone), sesudah itu, cone dibalik dan diangkat, kemudian dilihat tingkat kemerosotan beton, seberapa tinggi beton yang masih bangun sesudah kerucut diangkat itulah yang dinilai.

Sesuai IS 456: 2000 (Plain and Reinforced Concrete -Code of Practice), maka kualitas beton ditentukan sebagai berikut :
  • Jika slump beton berada di antara 0 hingga 25 mm maka dianggap selaku daya kerja beton yang sangat rendah,
  • Jika slump beton berada di antara 25 hingga 50 mm maka  dianggap selaku daya kerja beton yang rendah,
  • Jika slump beton berada di antara 50 sampai 100 mm maka dianggap selaku kesanggupan kerja beton sedang,
  • Jika slump beton berada di antara 100 hingga 150 mm maka dianggap selaku daya kerja beton yang tinggi.

2. Compacting Factor Test

compacting factor test

Uji aspek pemadatan beton bekerja menurut prinsip memilih tingkat pemadatan yang dicapai oleh jumlah pekerjaan patokan yang dijalankan dengan membiarkan beton jatuh lewat ketinggian standar. Ini dirancang khusus untuk penggunaan laboratorium, namun kalau keadaan mendukung, tes ini juga mampu dijalankan di lokasi kerja/proyek.

Uji aspek pemadatan beton lebih tepat dan sensitif ketimbang uji kemerosotan beton (test slump). Oleh karena itu lebih menguntungkan dan memiliki kegunaan untuk beton yang bisa dilaksanakan atau beton kering yang biasanya digunakan ketika beton akan dipadatkan oleh getaran.

Baca Juga : Pengertian dan Fungsi Kolom dalam Bangunan

Menurut ‘A.M. Neville '(Penulis Properti Properti Beton), deskripsi tingkat kemampuan kerja beton dan aspek pemadatannya yaitu selaku berikut:
  • Jika aspek pemadatan adalah 0,78 maka dianggap sebagai daya kerja beton yang sangat rendah,
  • Jika faktor pemadatan yakni 0,85 maka dianggap selaku rendahnya daya kerja beton,
  • Jika aspek pemadatan yaitu 0,92 maka dianggap sebagai kesanggupan kerja beton sedang,
  • Jika aspek pemadatan yakni 0,95 maka dianggap selaku kesanggupan kerja beton yang tinggi.

3. Flow Test

flow test

Tes ajaran (flow test) yaitu tes laboratorium, yang memberikan indikasi kualitas beton sehubungan dengan konsistensi atau kesanggupan kerja dan keterpaduan. Dalam tes fatwa ini, massa tolok ukur beton mengalami penyentuhan. Tes ini lazimnya dipakai untuk beton dengan daya kerja tinggi / sungguh tinggi.

Tes laboratorium serupa bernama ‘Flow Table Test‘ dikembangkan di Jerman pada tahun 1933 dan sudah diterangkan dalam ‘BS 1881: 105: 1984’. Metode ini dipakai untuk beton yang bisa dikerjakan dengan tinggi dan sangat tinggi yang hendak menunjukkan tingkat kemerosotan beton.

Menurut ‘M.S. Shetty '(Teori dan Praktik Teknologi Beton), nilai uji aliran dapat berkisar antara 0 hingga 150%.

4. Vee-Bee Consistometer Test

vee bee test

Tes konsistensi Vee bee yakni tes laboratorium yang bagus pada beton segar untuk mengukur kesanggupan kerja secara tidak eksklusif dengan memakai konsistensi Vee-Bee. Vee bee test umumnya dikerjakan pada beton kering dan tidak sesuai untuk beton yang sungguh lembap.

Uji konsistensi Vee bee memilih mobilitas dan kompatibilitas beton. Pada vee bee digunakan alat tes konsistensi pengukur vibrator, bukan menyentak. Vee bee test menentukan waktu yang dibutuhkan untuk transformasi beton oleh getaran.

Baca Juga : Pengertian Pondasi Bored Pile dan Jenisnya

Menurut ‘IS 1199: 1959’ (Metode Pengambilan Sampel dan Analisis Beton), mutu beton diputuskan selaku berikut :
  • Jika waktu lebah sampai 20 hingga 15-10 detik maka beton dianggap sebagai konsistensi yang sangat kering.
  • Jika waktu lebah hingga 10 sampai 7-5 detik maka beton dianggap sebagai konsistensi kering.
  • Jika waktu lebah hingga 5 hingga 4-3 detik maka beton dianggap selaku konsistensi plastik.
  • Jika waktu lebah sampai 3 hingga 2-1 detik maka beton dianggap selaku konsistensi semi-fluida.

5. Kelly Ball Test

kelly ball test

Uji beton ini dikembangkan oleh J.W Kelly, balasannya dikenal selaku tes bola Kelly. Kelly ball test ialah uji lapangan sederhana dan murah yang mengukur kesanggupan kerja beton segar dengan yang serupa dengan tes kemerosotan beton, tetapi lebih akurat dan lebih cepat ketimbang tes kemerosotan (slump test).

Tes ini menggunakan alat yang terdiri dari potongan bumi (bola) sehingga memperlihatkan konsistensi beton segar dengan tingkat penetrasi ketika cuilan logam turun. Makara, dalam tes ini, kedalaman ditentukan lewat cuilan logam, yang karam di bawah beratnya sendiri ke beton segar.

Baca Juga : Jenis-jenis Terasering Lengkap dengan Gambar

Ada aliran kriteria yang tersedia untuk melaksanakan tes bola Kelly. Disebutkan di bawah ini yakni fatwa standar untuk Kelly Ball Test, ASTM C360-92 - Untuk uji penetrasi bola.

Demikian tentang beberapa metode uji beton yang mampu dilakukan untuk mengenali kualitas dan kesanggupan kerja beton. Pengetahuan tes ini untuk kesanggupan kerja beton menolong Anda untuk mengatur tingkat kesanggupan kerja sesuai dengan keadaan kerja dan membantu Anda meraih beton berkualitas baik dengan mengikuti praktik konstruksi persyaratan.

Peraturan SNI Beton di Indonesia

Peraturan tentang rancangan dan tolok ukur perihal pelaksanaan konstruksi beton bertulang di Indonesia, hingga saat ini ada 2 peraturan yang masih berlaku, yakni :
  • peraturan lama : PBI 1971 N.I.-2
  • peraturan baru : SNI 03-2847-2002
Secara resmi, saat ada peraturan gres yang disahkan, maka peraturan usang otomatis tidak berlaku lagi, tetapi sebab proses melengkapi SNI pendukung untuk peraturan gres SNI 03-2847-2002 masih terus dilaksanakan maka kondisi dikala ini peraturan PBI 1971 N.I.-2 belum sepenuhnya ditinggalkan.

Referensi :

  • https://gharpedia.com/tests-to-measure-workability-of-concrete/

Sumber https://www.arsitur.com/


EmoticonEmoticon