Selasa, 28 Juli 2020

Vray Vs Corona: Perbandingan Hasil Rendering Interior

Ada banyak perkembangan kepada  software rendering yang cukup gres: Corona Rendering. Banyak pengguna yang bermigrasi dari render Vray ke Corona, sebab kesederhanaannya dan software rendering adonan yang bias / tidak bias secara kinerja menunjukan hasil akurat. Dalam postingan ini saya akan coba menawarkan perbandingan rendering interior Vray vs Corona, terus membaca untuk menyaksikan pertarungan antara dua pesaing ini?

VRay Vs Corona: Perbandingan Software Rendering Interior


Intro

Ada banyak pesaing yang ingin menguasai pasar software rendering terbaik untuk render arsitektur dan interior, dikala ini ada banyak hype di sekitar Corona vs Vray. Tampaknya raja rendering vray mulai kehilangan banyak pengguna alasannya adalah hadirnya software render mirip Corona. Apa alasan keberhasilan Corona vs vray? Ayo ikuti ulasan singkat berikut ini.

Software Rendering Corona

Software Software Render Corona menawarkan mutu tinggi, berbasis warna dalam rendering, fitur-fiturnya dapat dipakai ke dalam Autodesk 3ds Max dan Cinema 4D. Software Render Corona lahir sekitar tahun 2012 sebagai “software rendering berbasiskan CPU”. Software ini mendukung pelacakan jalur render tidak bias dan cache UHD yang bias untuk memberikan hasil GI yang cukup cepat namun sungguh akurat. Corona memiliki buffer frame yang bangun sendiri di mana Anda mampu mengganti tata cara render hingga benar-benar bersih (Corona memakai mode render Progresif). Antarmuka dan nalar keseluruhan mirip dengan Maxell Render yang populer.

Baca juga : Daftar Software 3D Rendering Terbaik 2019

Software Rendering Vray

V-Ray mungkin menjadi software rendering paling populer dan digunakan dikala ini. Vray dikembangkan oleh Chaos Group (Bulgaria: Хаос Груп), sebuah perusahaan Bulgaria yang berbasis di Sofia, Bulgaria, didirikan pada tahun 1997. V-Ray dipakai dalam industri media, hiburan, dan desain mirip rancangan film, industri dan desain produk, video game dan arsitektur. Vray dapat memakai Raytracing bias tradisional (iluminasi global, pemetaan foton) atau algoritma bias Brute Force. Anda mampu menggunakan V-Ray dengan nyaris semua perangkat lunak 3d berkat plugin yang dibungkus dengan sangat baik. V-ray juga memiliki software rendering GPU sendiri (V-Ray RT) yang digunakan untuk rendering IPR. Di sini kita akan menguji V-ray 3.4

Test Corona vs Vray

Saya mencoba membuat scene model interior dan pengaturan cahaya menjadi sangat sederhana, hanya untuk meminimalkan jumlah aspek yang mampu masuk dalam pengujian. Untuk keduanya aku menggunakan cahaya yang sama, aku juga meletakkan sumber cahaya di posisi yang sama dan dengan intensitas yang sama. Jelas gambar yang diberikan tidak identik sebab setiap software rendering menginterpretasikan lampu dan material dengan caranya sendiri. Ada juga perspektif yang sedikit berlainan alasannya adalah saya mengatur 2 scene versi yang berbeda. Tidak ada pemrosesan atau photoshop setelah rendering dengan V-ray 3.4 atau Corona Render 1.5.

Baca juga : Sketchup VS 3DS Max, Mana yang Lebih Baik untuk Arsitek

Spek Komputer untuk Test Corona vs Vray

Saya menguji menggunakan pc kriteria: CPU I7 2600k @ 4.4GHz (untuk memberi Anda dan ide wacana daya hitungnya, Skor Cinebench R15 adalah 758), DDR3 32GB, Nvidia GTX 1060 6GB, SSD 500GB. OS Windows 10 pro 64 bit.

Test Render Interior

Skenario yang sama untuk kedua software rendering: Cahaya matahari & langit + area. Scene ini terdiri dari 3M vertices, plain polygons, 3 diffuse bounces, no caustics, SSS, dispersion effects, hair or fur. Saya mempertahankan enviromment biar tetap datar untuk menciptakan kami melihat dengan terang dan membandingkan kegaduhan dan mutu render. Brute Force + Light Chace untuk V-Ray, Brute Force + UHD untuk Corona. Saya memakai waktu 1 jam untuk merender keduanya.

VRay Vs Corona: Perbandingan Software Rendering Interior


Sekilas tidak ada perbedaan besar, toh saya sangat menggemari mapper nada Corona: sungguh mudah untuk memperbaiki highlight yang terlalu kontras dan bayangan jelek tanpa menetralisir kontras. Secara default, langit Corona menghidangkan warna biru yang lebih bosan dibandingkan dengan langit Vray. Lihat lebih bersahabat untuk menyaksikan beberapa detail penting.

VRay Vs Corona: Perbandingan Software Rendering Interior


Vray melaksanakan rendering yang jauh lebih bersih namun Software Render Corona mempunyai lebih banyak detail GI. Lihatlah karpet dan kerutan di kawasan tidur: Corona menang tetapi memiliki banyak noise. Saya pikir saya mampu menghilangkan noise ini dalam 1-2 jam lagi.

Baca juga : Profesi Architect 3D Arstist

Kesimpulan

V-Ray yakni raja lama untuk software rendering, banyak tutorial, pustaka bahan, dan versi 3d V-Ray yang sudah siap. Vray mempunyai sejumlah besar opsi setingan dan jikalau Anda tahu cara menyetelnya. Anda dapat mengalahkan Corona dalam kecepatan rendeing tetapi tidak dalam rincian GI, namun pendekatan Unprice / Brute Force jauh lebih lambat daripada Corona. Vray juga mendukung rendering GPU, yang dapat menjadi game changer di kala depan. Lebih kompleks dari Corona (ini mampu baik untuk penggunaan daya namun tidak untuk yang rata-rata). Vray jauh lebih mahal dari Corona.

Corona lebih cepat jikalau Anda menggemari pendekatan yang tidak bias. Cara ini lebih sederhana ketimbang V-ray untuk menertibkan dan menerima hasil yang bagus. Corona tidak mempunyai beberapa fitur mutakhir namun pengembangannya cepat, Anda juga mempunyai opsi yang sangat terbatas tentang perangkat lunak 3d untuk digunakan (Maya tidak disokong). Corona jauh lebih murah daripada v-ray (tetapi Anda harus mengeluarkan uang lisensi setiap bulan, tidak ada opsi pembayaran satu kali).

Sumber Referensi : https://www.antoniobosi.com/
Sumber https://www.arsitur.com/


EmoticonEmoticon